Indonesiapr.id,- Kadang, sebuah brand tidak butuh ‘teriak’ untuk didengar. Ia cukup bercerita pelan tapi tulus tentang siapa dirinya, mengapa ia ada, dan untuk siapa ia bekerja. Dan entah bagaimana, cerita itu sampai ke hati banyak orang. Mereka mungkin lupa detail produknya, tapi tidak lupa rasanya: hangat, dekat, dan bisa dipercaya. Di situlah Public Relations (PR) dan Marketing bertemu bukan sekadar untuk menjual, tapi untuk membangun makna.

Dulu, PR dan Marketing sering dianggap dua dunia berbeda. Marketing bicara angka, target, dan strategi promosi. PR bicara reputasi, citra, dan hubungan jangka panjang. Tapi kini, batas itu makin tipis. Dunia digital membuat publik lebih cerdas, lebih ingin tahu cerita di balik sebuah merek. Mereka tidak cuma tertarik pada apa yang kamu jual, tapi juga siapa dan mengapa kamu melakukannya.

Seperti Janji Jiwa, mereka bukan hanya menjual kopi mereka menjual rasa bangga akan cita rasa lokal. Di balik setiap cangkir, ada cerita tentang petani kopi Indonesia, tentang anak muda yang berani bermimpi, tentang kolaborasi yang lahir dari semangat gotong royong. Itu semua merupakan effort PR yang kuat cerita yang hidup di hati publik. Maka ketika tim marketing mereka meluncurkan promo “Buy 1 Get 1”, publik tak merasa digoda, tapi justru merasa ingin jadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Begitu juga dengan ES Teler 77. Di tengah ramainya tren kuliner baru, mereka tetap bertahan bukan hanya karena rasa, tapi karena cerita. Tentang keluarga yang memulai usaha kecil dari nol, tentang cinta pada kuliner Nusantara, dan tentang nilai-nilai lokal yang tak lekang oleh waktu. Saat mereka bercerita di media tentang perjalanan panjangnya, orang tak cuma ingin membeli, tapi juga ikut menghargai.

PR dan Marketing itu seperti dua benang yang dijalin bersama yang satu memberi bentuk, yang lain memberi warna. Marketing membuat orang melihat, PR membuat orang percaya. Marketing bisa menarik perhatian, tapi PR yang membuat perhatian itu bertahan.

Karena di dunia yang serba cepat ini, orang bisa lupa iklan dalam lima detik, tapi mereka akan mengingat cerita yang menyentuh hati selama bertahun-tahun.

Jadi kalau kamu ingin bisnismu bukan hanya laris, tapi juga dihormati dan dicintai, jangan pilih antara PR atau Marketing. Biarkan keduanya menari bersama di panggung bisnis modern. Karena pada akhirnya, yang memenangkan hati bukan yang paling banyak bicara tapi yang paling jujur bercerita.

(Ditulis oleh Fitri Frisdianti referensi dari berbagai sumber)