Setiap kali berkunjung ke rumah keluarga di luar kota, bertemu dengan teman lama, atau bertemu teman baru di sebuah organisasi, pasti akan ada pertanyaan, “Apa pekerjaan kamu sekarang?”
Lalu dengan mantap saya menjawab, “Saya bekerja sebagai Public Relations di salah satu PR agency di Jakarta”.
Saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang Public Relations (PR), bahkan dulu saya tidak begitu memahami apa itu PR, hanya tahu ada jurusan PR di tempat saya kuliah dulu. Namun, ketika lulus kuliah dan ditawari pekerjaan sebagai PR, saya pun mencobanya.
Setelah berjalan beberapa bulan, saya baru memahami apa yang dikerjakan seorang PR di dalam sebuah agensi PR. Dalam beberapa bulan itu juga, saya jatuh cinta dengan pekerjaan ini.
Menjadi seorang praktisi PR, bukan lah pekerjaan yang mudah. Sama dengan profesi lainnya, untuk terjun ke dunia PR dibutuhkan waktu, pendidikan, dan tentu saja networking. Pekerjaan ini juga cukup menantang karena melibatkan interaksi dengan banyak orang dan deadline yang akan selalu menghantui.
Dengan semua beban ini, apa yang membuat saya jatuh cinta pada pekerjaan ini?
Pertama, kunci dari Public Relations adalah berbicara – sejak kecil saya bercita-cita ingin menjadi penyiar radio karena saya suka sekali bicara. Namun, ketika akhirnya saya harus bekerja sebagai PR, sehari-hari saya harus berbicara dengan banyak orang termasuk klien, wartawan, vendor, dan rekan kerja. Saya menyadari bahwa hobi dan kemampuan bicara saya sangat membantu dalam kesuksesan pekerjaan saya.
Kedua, networking – para praktisi PR sangat akrab dengan istilah networking, bertemu dengan klien dan wartawan adalah hal yang biasa bagi para praktisi PR. Ketika saya berbicara dengan klien, wartawan, atau vendor, artinya saya juga sedang melakukan networking. Hal ini penting untuk menjaga hubungan ke depannya dan bisa membantu satu sama lain ketika dibutuhkan.
Ketiga, membuat rajin membaca dan menulis – dulu saya tidak terlalu suka membaca, namun ketika pertama kali bekerja sebagai PR, hal pertama yang harus saya lakukan di pagi hari adalah membaca belasan surat kabar dan media online untuk me-monitoring berita tentang klien dan membuat laporannya. Selain itu, saya juga harus rajin membaca agar tetap update mengikuti perkembangan industri klien atau mengetahui tren PR atau media saat ini. Ketika mendapat klien baru, saya juga harus rajin membaca untuk mempelajari bisnis klien dan menggali ide-ide untuk menentukan strategi PR dan mengimplementasikannya. Hal ini lama-lama menjadi sesuatu yang biasa untuk saya.
Keempat, bisa dapat produk atau jalan-jalan gratis – tentu saja ini hal yang menyenangkan untuk siapa pun, bukan hanya para praktisi PR saja. Biasanya, klien akan menawarkan produknya secara gratis untuk dicoba oleh tim PR, karena klien ingin tim PR mengenali dan mendapat pengalaman langsung bagaimana produk tersebut sehingga bisa menyampaikannya kembali baik dalam bentuk tulisan (siaran pers/ story pitching) atau secara verbal kepada wartawan dan publik. Menyenangkan sekali bukan?
Kelima, selalu ada pengalaman baru setiap hari – sebagai seorang praktisi PR yang bekerja di sebuah agensi PR, banyak sekali pekerjaan seru yang saya lakukan, mulai dari meeting dari satu kantor ke kantor lain, menggelar atau menghadiri berbagai acara seperti peluncuran atau pameran, mengundang wartawan untuk makan siang atau makan malam bersama, hingga terbang ke luar kota bahkan ke luar negeri untuk media trip. Aktivitas seperti ini lah yang membuat pekerjaan PR jauh dari kata membosankan dan membuat saya dapat mencoba hal-hal yang baru.
Lima hal tersebut selalu saya ingat setiap kali saya merasa perkerjaan ini terlalu berat, sehingga saya akan kembali bersemangat untuk menyelesaikan tantangan tersebut. Ditambah dengan ilmu-ilmu baru yang selalu saya dapat setiap memiliki klien baru, membuat saya merasa ini adalah pekerjaan yang paling tepat untuk saya.
(oleh Siti Aisyah, praktisi Publis Relations)