Media sosial sudah bukan lagi hal yang aneh dalam kehidupan kita sehari-hari. Bisa dikatakan media sosial sudah menjadi bagian dari rutinitas kita, baik untuk berkomunikasi, mengakses informasi, dan masih banyak lagi kegiatan yang bisa kita lakukan dengan menggunakan media sosial.

Sebagai seorang praktisi PR, kita dituntut untuk berkomunikasi dengan publik. PR yang memiliki tugas untuk menyampaikan pesan dari sebuah organisasi atau sebuah brand kepada publik dan juga meningkatkan awareness tentang sebuah produk atau organisasi tersebut. Penggunaan media sosial merupakan salah satu alat atau tool yang bisa digunakan untuk menyampaikan dan memperkuat pesan tersebut. Ini juga merupakan salah satu cara dimana PR bisa berkomunikasi secara langsung dengan publik. Selain itu, penggunaan media sosial merupakan salah satu alat untuk mendukung berjalannya sebuah campaign.

Tentu penggunaan media sosial terkesan ‘sempurna’ dari penjelasan sekilas diatas. Tapi sebagai praktisi PR kita harus melihat media sosial ini layaknya dua sisi mata uang. Berikut kita bahas beberapa pro dan kontra dari penggunaan media sosial dalam penanggulangan krisis.

PRO

  • Salah satu alat untuk membangun kepercayaan

Penggunaan media sosial memungkinkan sebuah organisasi dalam membangun kepercayaan dimata publik, bahkan sebelum terjadinya krisis. Dengan media sosial sebaiknya organisasi secara kontinyu membangun hubungan baik dengan berinteraksi dengan publik, dan stakeholdernya. Media sosial memungkin organisasi berkomunikasi secara personal dan profesional. Dengan telah terbina hubungan baik maka akan terasa manfaatnya saat organisasi menghadapi suatu krisis. Karena telah terjalin hubungan yang baik, organisasi dengan mudah dapat menyampaikan pesan pesan penting kepada publik ataupun stakeholder. Dalam hal ini, organisasi sebaiknya terus menjaga dan mempertahankan kepercayaan publik.

  • Tools komunikasi tercepat

Saat ini sudah sangat jarang orang yang tidak menggunakan media sosial. Media sosial sendiri merupakan sebuah platform dimana pertukaran informasi berlangsung sangat cepat. Jika krisis terjadi maka sebuah organisasi bisa menggunakan media sosial sebagai salah satu alat untuk menyampaikan respon dan penanggulangan tercepat terkait krisis tersebut. Selain itu, saat krisis, organisasi tersebut harus memberikan update kepada publik sesering dan sesegera mungkin. Hal ini akan mencerminkan bahwa mereka (organisasi) menanggulangi krisis tersebut dengan tanggap dan serius.

KONTRA

  • Penyebaran informasi yang tidak akurat

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya media sosial merupakan platform dimana pertukaran informasi berlangsung sangat cepat, tapi hal ini memungkinkan terjadinya penyebaran informasi yang tidak akurat, menjadikan hal yang negatif buat organisasi. Saat krisis, dengan banyaknya informasi yang tidak akurat menyebar hal ini dapat merusak reputasi organisasi. Maka sangat penting bagi sebuah organisasi untuk memberikan respons cepat untuk meminimalisir adanya penyebaran informasi yang tidak akurat.

  • Platform dengan opini negatif

Media sosial memungkinkan pengguna untuk menyuarakan pendapat mereka. Jika terjadi krisis, satu komentar dapat mempengaruhi opini pengguna lain. Jika orang merasa krisis ditangani dengan cara yang salah, mereka akan memberikan komentar negatif di media sosial. Informasi yang menyesatkan dapat dengan mudah menyebar cepat. Untuk mengantisipasi ini, PR harus menerapkan rencana komunikasi krisis yang bertujuan untuk menghentikan penyebaran komentar negatif. Mungkin bisa dengan cara menghubungi pemilik akun yang berkomentar tersebut dengan berdiskusi secara langsung dan menanyakan apa yang bisa dilakukan oleh organisasi sehingga bisa memperbaiki keadaan.

Penggunaan media sosial dalam mengatasi sebuah krisis membawa dua sisi, pro dan kontra (berpihak atau berlawanan). Sehingga PR dituntut untuk bersikap bijakasana dalam menggunakannya. Jika PR dapat menggunakan media sosial dengan baik dan menggunakannya sebagai alat yang membantu sebuah organisasi dalam mengatasi krisis, maka ini akan berdampak baik bagi reputasi organisasi tersebut. Namun jika PR gegabah menggunakan media sosial maka nama baik dari organisasi tersebut pula yang menjadi taruhannya.

(oleh Fitri Frisdianti, praktisi Public Relations; referensi dari berbagai sumber)