Jakarta, 23 Januari 2018 – Penyakit jantung atau kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut penelitian World Heart Federation, setidaknya 17,3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit jantung. Di antara jumlah tersebut, sekitar 3,6 juta kematian terjadi di Asia Tenggara. Di Indonesia, penyakit jantung menyumbang 37 persen dari angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular.
Ahli kardiologi dari Farrer Park Hospital, Dr. Ruth Kam mengatakan penyakit jantung memang akan menyebabkan kematian mendadak bagi penderitanya. “Namun, upaya untuk mengurangi risiko terkena serangan jantung bukanlah merupakan hal yang sulit,” katanya.
Perubahan gaya hidup yang harus dilakukan oleh para penderita penyakit jantung adalah menerapkan kebiasaan diet yang sehat, olahraga yang teratur, mengurangi berat badan dan berhenti merokok. Meski begitu, hal ini tidaklah cukup bagi penderita penyakit jantung karena tetap harus ditambah dengan pengobatan secara medis. Yang paling penting adalah dengan pengobatan untuk mengencerkan darah dan menurunkan tingkat kolesterol, serta mengendendalikan diabetes dan tekanan darah tinggi. Jika diperlukan penanganan lebih lanjut, maka tindakannya adalah angioplasty atau dibalon untuk membuka arteri yang tersumbat parah. Namun, jika kondisi pasien bertambah parah, operasi jantung atau bypass mungkin akan diperlukan.
Dengan kemajuan teknologi, maka kini terdapat alat pacu jantung terkecil di dunia yang dapat ditanamkan langsung ke jantung pasien—dibandingkan dengan yang selama ini ditanamkan di dada pasien—yang akan dapat memacu kerja jantung, mengurangi komplikasi medis dan mengurangi pembatasan aktivitas setelah penanaman alat pacu jantung.
Farrer Park Hospital (FPH) adalah rumah sakit swaasta pertama di Singapura yang berhasil menanamkan alat pacu jantung terkecil di dunia, yaitu Medtronic Micra® Transcatheter Pacing System (TPS). Dengan tim medis pimpinan Dr Ruth Kam, prosedur pembedahan dilakukan di unit Cardiovascular Suite (CVS) pada rumah sakit tersebut. Alat pacu jantung berukuran kecil dan tanpa timbal ini ditanamkan melalui prosedur invasif yang minimalis dan hanya dilakukan oleh segelintir dokter yang terlatih untuk menanamkan alat canggih ini.
“Implanting such an advanced device is unlike the usual pacemaker implantation. This new pacemaker has no wires. The whole system (battery, circuitry and wire) has been shrunk down to a capsule-sized device that is one tenth of the volume. The procedure is short and the patient has no visible reminders of the pacemaker on the outside.” Dr Kam explains
Tim CVS yang mencakup para ahli teknologi medis, radiographer dan terutama perawat telah mendapatkan pelatihan terkait persyaratan-persyaratan khusus mengenai peranan mereka dalam proses pembedahan. Mereka juga telah memahami rincian prosedur pembedahan melalui latihan praktek untuk menjamin adanya kerjasama tim yang mulus dalam membantu para dokter selama operasi.
CVS adalah adalah fasilitas terintegrasi di FPH yang mencakup tiga ruang operasi khusus bedah jantung. Ruangan Operasi A merupakan gabungan dari laboratorium kateterisasi ruangan operasi hibrida. Selama prosedur operasi, fluoroskopi yang terus menerus digunakan untuk memperoleh image dengan resolusi tinggi selama penggunaan alat pacu jantung tersebut. Dalam keadaan darurat, pasien akan berada di ruang operasi yang berfungsi secara penuh.
“Tim kardiologis kami mendapatkan pelatihan tentang teknik dan prosedur pembedahan terbaru secara terus menerus. Kami senang bahwa standar fasilitas dan tim klinis di rumah sakit ini memungkinkan pasien untuk mendapatkan penanganan berdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran yang terbaru,” kata Dr. Peng Chun Mien, CEO Farrer Park Hospital.