Saat ini kita hidup dengan kemajuan teknologi. Dengan adanya kemajuan teknologi ini membawa informasi bergerak sangat cepat, komunikasi lebih mudah untuk diakses kapan saja dan dimana saja. Jika dibadingkan dengan era sebelumnya, dimana sebuah informasi kebanyakan didapatkan dari buku, media cetak, ataupun media lain seperti radio, dan tv.

Bukan hanya pergerakan informasi yang berubah, namun dengan adanya berbagai macam platform media sosial, ini memudahkan siapa saja untuk menjadi seorang yang ‘terkenal’. Ya, dengan media sosial semua orang bisa berkreasi dan memacu kreatifitas mereka untuk membuat konten yang akhirnya mereka bagikan ke media sosial. Jika konten tersebut banyak menuai perhatian publik atau yang saat ini dikenal dengan istilah ‘viral’, maka orang tersebut mendapatkan publisitas dan bisa menjadi seorang influencer. Dengan kata lain, orang tersebut menjadi terkenal dan memiliki kekuatan untuk memberikan pengaruh terhadap orang banyak.

Meskipun menjadi terkenal bisa lebih mudah dengan menggunakan sosial media, ini tidak membuat orang  ataupun sebuah perusahaan tidak tertarik untuk menjadi terkenal melalui media mainstream. Terutama untuk sebuah lembaga, perusahaan atau bahkan sebuah brand, kekuatan media mainstream masih sangat besar. Karena media mainstream masih memiliki kekuatan reach yang besar, membuat banyak kalangan untuk tetap menggunakan platform ini untuk mencapai publisitas.

Dengan keaadan yang seperti itu, maka banyak yang ingin menjadi ‘media darling’. Lalu apa yang dimaksud dengan media darling ini? Dari yang didapat di beberapa sumber, media darling adalah selebritas yang sangat populer dan yang sering mendapat perhatian dan sangat disukai oleh media. Namun nyatanya ini bukan hanya untuk kalangan selebritas saja, bisa untuk tokoh masyarakat, lembaga sosial, perusahaan, ataupun brand.

Istilah ini sendiri pertama kali muncul di tahun 1970, diciptakan oleh The Washington Post. Konsep dari media darling sendiri diidentikkan dengan pembuat berita ‘news maker’ atau ‘name make news’. Untuk pengertian luasnya sendiri adalah orang, perusahaan, ataupun lembaga menjadi sumber berita. Mereka juga disukai oleh para awak media karena mereka bisa menjadi narasumber yang baik dan bisa memberikan informasi yang dibutuhkan. Selain itu mereka bisa menjadi nilai tersendiri dari berita tersebut sehingga berita tersebut bisa menjadi lebih news worthy.

Dalam konteks PR sendiri, media darling adalah sebuah pencapaian puncak dalam media relations. Karena dengan menjadi media darling, apapun yang dilakukan baik itu berupa kegiatan maupun kebijakan dari sebuah lembaga ataupun perusahaan maka dengan senang hati media akan meliputnya.

Seperti contohnya, pada saat Presiden Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo, banyak yang menilai bahwa beliau adalah media darling. Karena banyak awak jurnalis yang memiliki pengalaman yang baik saat berinteraksi dengan beliau. Keramahan, serta kooperatif ini juga yang membuat beliau digemari banyak awak media.

Memang jika melihat dari pengertian-pengertian diatas, memang media darling terkesan positif. Namun sebenarnya siapapun yang menjadi media darling, baik sosok yang banyak mengundang kontroversial. Karena kembali lagi, baik berita postifi maupun negatif, jika itu akan mengundang banyak perhatian publik itu bisa menjadi salah satu nilai berita tersendiri.

(oleh Fitri Frisdianti, praktisi Public Relations; referensi dari berbagai sumber)