Kemajuan zaman memudahkan kita dalam segala aspek dalam kehidupan kita. Salah satu yang kita dapat kita rasakan adalah kemudahan dalam mendapatkan informasi. Begitu mudah kita mendapatkan sebuah informasi dari berbagai sumber. Namun kemudahan ini memiliki dampak negatif, yaitu banyak bermunculan informasi yang tidak benar adanya. Informasi atau berita yang tidak benar adanya atau tidak jelas sumbernya sering disebut juga dengan Fake news atau lebih dikenal dengan istilah Hoax. Pada era digitalisasi pengaruh dari Hoax dan Fake news menjadi jauh lebih besar.

Hoax merupakan salah satu ancaman dan sebuah krisis bagi industri PR. Salah satu tugas Public Relations (PR) / Hubungan masyarakat (Humas) adalah menjaga kepercayaan dari publik terhadap sebuah perusahaan atau organisasi. Dengan timbulnya Fake news atau Hoax, kepercayaan dari publik dipertaruhkan. Jika terjadi sebuah krisis PR dibutuhkan sebagai upaya preventif untuk membendung krisis kepercayaan publik menyerang suatu perusahaan maupun organisasi tertentu.

Beriku 4 langkah yang dapat diambil untuk manangani krisis PR berupa Hoax, sebelum krisis menyebar dan memengaruhi kepercayaan publik.

  1. ABC Manajemen Komunikasi
  • Assamble a team: Bentuk tim khusus yang berdedikasi untuk langsung bertindak menghadapi saat krisis melanda.
  • Build a Plan: Buatlah rencana untuk mengidentifikasi hal-hal berpotensi yang dapat menyerang organisasi, isu apa yang harus diperhatikan, serta pekembangan yang harus terus dipantau
  • Create toolkit: Buatlah standar panduan, sehingga tahu apa yang harus dilakukan saat krisis melanda.

 

Jika ketiga bagian ini sudah terbentuk, pelatihan secara berkala perlu dilaksanakan. Biasaya sebuah perusahaan mengadakan pelatihan berkala sebanyak setahun sekali dengan skenario tertentu untuk mempersiapkan timnya.

  1. Identifikasi dan Mencari tahu Semua Pemangku Kepentingan

Dalam sebuah perusahaan terdapat list pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal yang harus dibina hubungannya secara berkala. Dengan cara menemui secara berkala, dua atu tiga kali setiap tahunnya untuk mempersiapkan mereka jika terjadi krisis mereka juga siap menjadi salah satu tokoh yang bisa bisa dipercaya untuk membela, serta menepis tudingan.

  1. Mempersiapkan Juru Bicara Terbaik

Selain kedua hal yang sudah disebutkan tadi, mempersiapkan standby statement merupakan hal yang juga krusial. Jika juru bicara yang ditunjuk merupakan orang asing (ekspatriat), maka orang tersebut harus paham akan konteks media di Indonesia, yang bisa jadi berbeda dengan negara lain. Kesalah pahaman ini dapat memperburuk krisis yang terjadi. Maka ini sangat krusial, mempersiapkan top ekeskutif ekspatriat dalam perusahaan untuk berkomunikasi dengan media lokal dan nasional.

  1. Monitoring

Terus lakukan pemantauan secara berkala, baik dalam media massa ataupun sosial media. Terus pantau setiap hari akan perkembangan serta pergerakan isu yang ada. Beberapa perusahaan yang pernah menghadapi krisis dan industri yang rentan serangan seperti sektor sumber daya alam, memantau semua pemberitaan.

Salah satu contoh krisis PR yang terjadi beberapa tahun silam yang dialami oleh Jusuf Kalla yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI dikabarkan terkena stroke dan segera dilarikan dengan pesawat ke Singapura untuk menjalani perawatan. Kabar hoax ini disertai foto-foto yang meyakinkan. Tidak memerlukan waktu yang lama berita ini tersebar secara luas melalui pesan whatsapp. Kemudian staff kepresidenan bergerak cepat untuk menanggulangi kabar tersebut dengan memberikan pernyataan resmi dan juga foto terkini memperkuat bantahan atas berita hoax tersebut . Ini merupakan salah satu contoh krisis PR yang berhasil ditanggulangi dengan baik untuk membantah atas berita hoax.

Krisis bisa saja terjadi dan tidak dapat terhindarkan tapi dengan persiapan serta pelatihan yang dilakukan secara berkala, maka krisis bisa ditanggulangi dengan baik.

(oleh Fitri Frisdianti, praktisi Public Relations; referensi dari berbagai sumber)