Ada kalanya media salah mengutip pernyataan dari narasumber (narsum), dan kesalahan ini terlanjur diberitakan dan tersebar luas. Yang biasanya terjadi narsum akan ‘kebakaran jenggot’, sangat resah dan akan menuding wartawan yang mewawancarainya yang melakukan kesalahan ketika mendengar apa yang diucapkannya sehingga terjadi pemberitaan yang merugikan bagi si narsum atau organisasi yang diwakilinya.  Publik terlanjur membaca berita yang ‘merugikan’ ini,  dan mempercayainya.

Jika Anda narsum yang mengalami ‘kasus’ ini, jangan mengharap kalau kesalahan kutip dapat segera dikoreksi oleh media yang mengeluarkan berita tersebut. Maupun dapat dikoreksi, berita yang salah kutip terlanjur sudah dibaca oleh publik, dan sudah tertanam di benak mereka.

Langkah tepat yang harus Anda lakukan yaitu dengan mengirim pernyataan atau penjelasan secara tertulis ke redaksi media terkait sesegera mungkin. Jelaskan kalau telah terjadi kekeliruan tanpa disengaja, tanpa menyalahkan siapapun, dan memohon jika media tersebut dapat memberi Anda kesempatan memberi penyataan baru untuk mengganti pernyataan yang sebelumnya terlanjur sudah dimuat.

Belajar dari kejadian ini, sebenarnya Anda lah yang memiliki kendali, karena Anda seorang narasumber, sehingga pernyataan apapun sebaiknya sudah direncanakan terlebih dahulu. Persiapan apa saja jika Anda akan tatap muka dengan wartawan?  Berikut tips yang semoga bermanfaat bagi Anda:

1.      Face-to-Face Interview: Supaya Anda tidak menyimpang dari jalur yang sudah disepakati, apapun yang Anda ucapkan sebaiknya didukung dengan fakta yang kredibel. Dengan memakai fakta, nilai Anda bertambah sebagai seorang narasumber. Kredibilitas Anda juga bertambah di mata wartawan. Fakta-fakta ini akan membuat Anda tetap berada dalam topik pembicaraan. Sarannya, fakta yang Anda utarakan sudah disiapkan tertulis secara resmi, dan dapat dibagikan kepada wartawan yang mewawancari Anda. Bentuk fakta biasa disebut dengan istilah Lembar Fakta (factsheet), satu atau dua halaman yang menjabarkan fakta-fakta dasar yang berkaitan.

Akan lebih baik jika Anda berikan Lembar Fakta ini kepada wartawan sebelum wawancara berlangsung.  Fakta yang didapat akan dicerna oleh wartawan tersebut dan dapat membantu wartawan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan berkembang dari fakta ini. Biasanya wartawan hanya perlu konfirmasi dari narasumber, dan perlu mengkutip satu atau dua pernyataan untuk melengkapi berita yang akan ditulis.

Biasakan berbicara apa adanya, dan harus berdasarkan fakta. Tidak ada salahnya jika Anda mengulang pernyataan-pernyataan Anda, untuk menghindari akan terjadinya kesalah pahaman, atau kesalahan mengutip.

2.      Telephone Interview: Jika Anda melakukan wawancara melalui telepon, tantanganya lebih besar dibandingkan wawancara face-to-face (tatap muka). Sebaiknya keterampilan mendengar dipergunakan dengan baik. Cobalah mendengar komentar-komentar atau pertanyaan-pertanyaan wartawan dengan jelas. Disarankan supaya Anda usahakan sudah meminta pertanyaan dari media sebelum wawancara berlangsung, sehingga Anda sudah siap dengan jawaban yang resmi.  Untuk media yang profesional, biasanya mereka tidak keberatan jika kita meminta mereka untuk mengirimkan daftar pertanyaan beberapa hari sebelum hari wawancara. Selain Anda akan menyiapkan jawaban-jawabannya, Anda dapat mempersiapkan Lembar Fakta yang terkini – untuk memastikan wawancara yang lancar dan terencana.

Jangan lupa saat wawancara, jangan terburu-buru berbicaranya, supaya wartawan tersebut dapat menulis dengan baik, akurat, dan tidak salah mengutip. Kalau perlu perlambat penjelasan Anda kemudian ulangi poin pentingnya. Tips ini juga berlaku untuk wawancara tatap muka.

3.      Email Interview: Wawancara dengan narsum dapat juga dilakukan melalui e-mail; inipun dapat memberi Anda kendala, karena wawancara ini dapat direncanakan dan persiapan yang lebih matang.  Pastikan Anda meminta bantuan dari anggota tim Anda untuk memeriksa kembali respon Anda apabila ada kemungkinan makna yang tidak diinginkan dan ungkapan yang di luar konteks.

Sangat disarankan supaya Anda tidak terlalu sering melakukan wawancara melalui e-mail. Akan lebih baik jika Anda menginvestasi waktu untuk menjalin hubungan dengan media, dan hubungan jangka panjang dengan wartawan. Jika telah terjalin hubungan yang langgeng dengan media, proses interaksi termasuk wawancara akan jauh lebih mudah untuk kedua belah pihak.  Wawancara tatap mukalah yang terbaik diantara wawancara yang lain (melalui telepon atau e-mail).

4.      Professional Attitude: Sikap yang positif, helpful merupakan hal yang penting sekali. Jika Anda merasa wartawan tersebut perlu mengulangi pernyataan Anda, tanpa keberatan dia akan membacakannya. Jika sikap Anda negatif, wartawan akan malas dan kurang cooperative dengan Anda, karena wartawan tersebut merasa tidak punya kewajiban untuk membaca ulang kutipan Anda. Namun apabila Anda menyampaikan ulang pernyataan baru atau pengulangan berdasarkan fakta, mereka biasanya akan mengecek ulang catatan mereka, dan jika perlu akan mereka koreksi supaya pemberitaan yang akurat.  Jangan khawatir, jika Anda melakukan pengulangan terhadap pernyataan Anda, itu adalah hal yang cukup wajar.

Anda juga dapat menawarkan bantuan Anda untuk memeriksa fakta yang wartawan telah catat. Jika ditemukan fakta yang tidak akurat sebaiknya Anda langsung meminta untuk dikoreksi saat itu. Wartawan terkait biasanya akan mengubah atau melakukan koreksiannya, selama perbaikan berdasarkan fakta.

5.      Recording Interview: Jika Anda ingin merekam proses interview, ini hal yang cukup wajar. Anda dapat minta ijin kepada wartawan, dengan mengatakan bahwa Anda perlu wawancara ini direkam untuk keperluan dokumentasi internal. Biasanya wartawan akan mengerti dan memahami hal ini. Yang penting sebelum wawancara dimulai Anda sudah mengutarakan tujuan Anda.

Terutama jika wawancara yang akan Anda hadapi topiknya merupakan topik yang cenderung kontroversial, merekam wawancara merupakan saran yang sangat baik, hal ini dapat membantu Anda. Jika diperlukan nantinya akan membantu saat membuat berita bagi si wartawan, dan Anda bisa cek ulang apa saja yang sudah dibicarakan dengan media. Anda dapat mengantisipasi isi berita yang akan dikeluarkan media terkait.

Banyak dari wartawan senang mewawancarai pengacara, dokter, teknisi dan ilmuwan untuk memeriksa kembali secara akurat kutipan yang mereka dapat. Hal ini berati Anda juga harus menyampaikan sesuatu seperti: “Semua yang saya beri tahu ini bersifat teknis. Saya berharap saya dapat membuatnya terlihat lebih jelas”.

Karena wawancara Anda berjalan berdasarkan perencanaan yang baik, Anda sudah tidak perlu lagi untuk meminta membaca/mengecek dahulu tulisan wartawan terkait sebelum naik cetak. Anda sebaiknya memberi kepercayaan kepada wartawan terkait, kecuali tawaran datang dari wartawan yang meminta supaya Anda membaca/mengecek tulisannya terdahulu apakah sudah benar atau belum, tapi ini jarang sekali terjadi.

Kami sarankan berikan keterangan sejelas-jelasnya selama wawancara dengan media. Fokus dua atau tiga key messages dan ulangi. Jangan mengarahkan percakapan ke hal yang terlalu santai di akhir wawancara, karena intisari dari wawancara dan key messages Anda kemungkinaan dapat terabaikan.

Berbicara secara perlahan benar-benar sangat membantu. Wartawan diharuskan memiliki kecepatan menyingkat ratusan kata per menit, bahkan ini kurang dari kecepatan berbicara – terutama ketika kita merasa sedikit gugup dan tahu bahwa kita punya banyak waktu untuk menyampaikan. Anda dapat mengurangi perkataan selama wawancara media, katakan dengan perlahan dan persiapkan dengan contoh-contoh yang menarik, anekdot dan studi kasus.

Konfirmasi kembali melalui e-mail apa yang Anda katakan setelah wawancara, terutama angka statistik, nama produk dan rincian lengkap yang sekiranya kurang dipahami pada kesempatan sebelumnya. Periksa kembali dengan bantukan rekan Anda untuk membuatnya lebih jelas. Anda juga dapat menambahkan pengalaman dan fakta-fakta yang belum terjawab.

(dari berbagai sumber)