Istilah influencer marketing mulai berkembang dan semakin populer dalam beberapa waktu tahun terakhir. Bahkan dunia Public Relations tidak bisa terlepas dari influencer marketing yang sudah menjadi bagian dari strategi PR yang inovatif.

Dengan begitu banyaknya jenis influencer dan faktor yang harus dipertimbangkan, salah satu tantangan utama dalam influencer marketing adalah memilih influencer yang tepat untuk kampanye Anda.

Untuk memudahkan brand yang ingin bekerjasama dengan influencer, influncer dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan jumlah pengikutnya: Mega, macro, micro, dan nano influencer. Setiap jenis influencer memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.

Mari kita bahas lebih lanjut tentang apa yang membedakan jenis-jenis influencer ini dan bagaimana pengaruhnya terhadap kampanye Anda.

1. Mega-Influencer

Mega-influencer adalah mereka biasanya memiliki setidaknya 1 juta raksasa dalam dunia influencer, dan pengikut di berbagai platform media sosial. Mayoritas mega-influencer adalah selebritas di luar ranah media sosial misalnya aktor, musisi, atau atlet terkenal yang menarik banyak audiens baik offline maupun online.

Banyak perusahaan memilih untuk bekerja dengan mega-influencer, tetapi mereka biasanya adalah perusahaan besar dengan anggaran pemasaran yang besar.

Mega-influencer menuntut biaya yang besar, tetapi ini tidak berarti bahwa mereka adalah tipe influencer terbaik untuk diajak bekerja sama. Karena skala audiens mereka yang sangat besar, mereka cenderung memiliki tingkat engagement yang jauh lebih rendah daripada influencer yang lebih kecil.

Selain itu, mega-influencer belum tentu dianggap ahli dalam bidang tertentu. Karena banyak dari mereka berstatus selebriti, akun mereka biasanya berfokus pada kehidupan sehari-hari daripada topik tertentu. Artinya, influencer itu sendiri mungkin tidak tahu apa-apa tentang industri Anda dan audiens mereka mungkin tidak tertarik dengan brand Anda.

Terlepas dari semua ini, postingan bersponsor dari mega-influencer sering kali sukses besar. Mega-influencer bagus untuk brand yang mungkin tidak memiliki banyak waktu dan sumber daya untuk mengelola sekelompok besar influencer yang lebih kecil, yang mereka perlukan untuk bekerja sama untuk mencapai hasil yang serupa.

Jika tujuan Anda untuk meningkatkan brand awareness dan menjangkau audiens yang besar dan beragam, maka mega-influencer mungkin pilihan yang tepat untuk Anda.

2. Macro-influencer

Macro-influencer adalah influencer mapan dengan banyak follower. Mereka mirip dengan mega-influencer dalam banyak hal, tetapi perbedaan utamanya adalah mereka cenderung memiliki lebih sedikit follower. Biasanya, macro-influencer memiliki mulai dari 500.000 hingga 1 juta pengikut. Mereka bisa saja seorang bintang media sosial, blogger atau vlogger yang memiliki banyak follower secara online, tetapi belum benar-benar mencapai status selebriti.

Seperti mega-influencer, macro-influencer cenderung memiliki audiens yang beragam dengan minat yang beragam. Banyaknya follower membuat mereka sangat bagus dalam meningkatkan brand awareness. Mereka juga lebih mudah diakses daripada mega-influencer, karena ada lebih banyak macro-influencer di media sosial, dan biasanya lebih terjangkau.

Tetapi karena jumlah follower mereka yang besar, macro-influencer cenderung memiliki tingkat engagement yang relatif rendah dibandingkan dengan micro dan nano-influencer.

Bekerjasama dengan macro-influencer adalah opsi yang cukup mahal, tetapi jika Anda ingin menargetkan demografis yang luas dan mendapatkan banyak perhatian pada brand Anda melalui pos bersponsor, maka macro-influencer mungkin merupakan investasi yang tepat untuk Anda.

3. Micro-Influencer

Micro-influencer adalah salah satu opsi terbaik untuk bisnis kecil dan menengah yang ingin memanfaatkan kekuatan influencer marketing. Mereka telah membangun komunitas digital yang hanya tersedia online, dan mereka biasanya memiliki antara 10.000 hingga 100.000 follower. Entah mereka mendapatkan follower karena memiliki saluran YouTube yang membahas topik khusus misalnya travelling atau kecantikan, atau mereka telah membangun follower Instagram yang aktif dengan mengunggah konten reguler, berkualitas, dan spesifik pada topik tertentu.

Ukuran audiens yang lebih kecil berarti follower mereka jauh lebih terlibat dan jangkauan mereka biasanya sangat ditargetkan. Micro-influencer memiliki reputasi yang baik dan seringkali menjadi Key Opinion Leader (KOL) karena keahlian mereka dalam bidang atau topik yang mereka pilih. Keahlian ini memungkinkan mereka membangun follower yang setia dan percaya dengan apa yang mereka unggah di media sosial.

Karena micro-influencer biasanya memfokuskan konten-konten mereka di bidang tertentu, ini mempermudah brand untuk memilih influencer yang tepat dengan audiens yang relevan dengan industri mereka. Misalnya, micro-influencer yang hanya berfokus pada fashion wanita akan sangat cocok untuk brand fashion atau aksesori berskala kecil hingga sedang.

Influencer ini juga memungkinkan akses mudah ke segmen yang sangat dicari seperti usia 18 hingga 24 tahun, yang mungkin akan sangat mahal untuk dijangkau melalui saluran lain.

Micro-influencer harganya lebih murah dibanding mega dan macro-influencer, sehingga anggaran yang harus dikeluarkan bisa lebih kecil. Dengan bekerja sama dengan micro-influencer, Anda dapat menjangkau target audiens yang sesuai dengan brand Anda melalui konten berkualitas.

4. Nano-Influencer

Nano-influencer adalah jenis influencer yang paling terjangkau untuk digunakan. Mereka cenderung memiliki jumlah follower kurang dari 10.000. Terlepas dari jumlah follower yang sedikit, mereka adalah pilihan populer karena harganya lebih murah dan menawarkan banyak keuntungan lainnya. Beberapa perusahaan bahkan memilih untuk bekerja dengan influencer baru dengan follower kurang dari 2.000.

Alasannya adalah semakin kecil jangkauan influencer, semakin banyak pula menjangkau orang sesuai dengan target mereka. Bekerja dengan nano-influencer tidak hanya memberi Anda akses ke audiens yang kecil dan sangat spesifik, tetapi brand juga bisa mendapatkan keuntungan dari jenis komunitas yang dimiliki oleh influencer ini.

Karena komunitas yang lebih kecil bersifat erat, kampanye influencer memiliki sentuhan yang jauh lebih personal. Follower merasa seolah-olah mendapatkan rekomendasi dari seorang teman, dan mereka cenderung mengambil tindakan berdasarkan iklan dan sponsor yang mereka lihat dari jenis influencer ini.

Namun, nano-influencer sering kali tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai influencer karena media sosial seringkali hanya sekadar hobi. Artinya, cara  bekerja mereka mungkin tidak begitu profesional.

Secara keseluruhan, efektivitas biaya nano-influencer menjadikannya pilihan yang bagus, terutama untuk usaha kecil atau menengah yang memiliki anggaran terbatas. Namun, jika Anda ingin kampanye Anda menjangkau lebih banyak audiens, Anda harus bekerja dengan nano-influencer dalam jumlah banyak.

Memilih influencer tidak sesederhana hanya melihat jumlah follower mereka dan memilih salah satu dengan jumlah follower terbanyak. Seperti yang bisa Anda lihat dari informasi di atas, ada keuntungan bekerja dengan semua jenis influencer, dan influencer yang Anda pilih akan bergantung pada brand dan tujuan marketing Anda.

Misalnya, pertimbangkan jenis audiens yang ingin Anda jangkau. Meskipun Anda mampu membayar macro-influencer, bisa saja audiens dari micro-influencer lebih sesuai dengan segmen pasar Anda.

Selain itu, saat memilih influencer, pastikan untuk mengecek apakah jenis konten yang biasanya mereka hasilkan sesuai dengan kampanye yang Anda rencanakan. Dalam beberapa kasus, influencer mungkin memiliki jumlah follower yang Anda inginkan, tetapi konten yang mereka buat mungkin tidak sejalan dengan nilai atau tujuan brand Anda.

(Oleh Siti Aisyah, praktisi Public Relations; referensi dari berbagai sumber)