PR Pro Harus Paham Istilah Baru di Tahun 2022

Tidak terasa sekarang kita sudah berada di bulan kedua di tahun 2022. Banyak hal yang sudah terjadi dari penghujung tahun lalu sampai dengan saat ini. Perubahan keadaaan, trend, dipengaruhi oleh perkembangan pandemi dan juga teknologi yang membantu kehidupan kita.

Dengan adanya perkembangan tersebut banyak pula istilah-istilah yang muncul. Sebagai seorang praktisi PR kita harus memiliki pengetahuan yang luas dan terus mengupdate pengetahuan kita. Berikut merupakan beberapa istilah yang muncul di awal tahun yang harus kita ketahui.

NFT

Salah satu kata yang sangat sering kita dengar karena kepopulerannya adalah NFT. NFT merupakan singkatan dari  Non-Fungible Token atau Token yang tidak dapat dipertukarkan, bisa diartikan pula NFT merupakan barang unik atau one-of-a-kind. Penjelasan dari NFT sendiri adalah  aset digital yang dapat diverifikasi pada teknologi blockchain. Aset termasuk karya seni, musik, atau aset dalam game seperti avatar unik. Karena unik, NFT banyak dicari sebagai barang koleksi.  Meskipun NFT ini mulai ramai diperbincangkan pada tahun 2021, namun NFT sendiri sudah ada sejak tahun 2014.

NFT dipasarkan dan didistribusikan melalui pasar online seperti Rarity.tools atau NFTcatcher.io. Investor dapat melihat melalui inventaris aset sebelum membeli. Seseorang harus memiliki cryptocurrency untuk membeli aset digital dan membuat akun di pasar yang terhubung ke dompet cryptocurrency yang menyimpan koin. NFT telah membuka pintu baru bagi artis, perusahaan, dan selebritas untuk memonetisasi aset mereka. Seniman mampu membuat perpustakaan aset digital untuk dipasarkan ke gelombang baru investor dan kolektor. Selebriti menciptakan aset yang memanfaatkan identitas merek selebriti mereka. Beberapa NFT dijual seharga ribuan, bahkan jutaan dolar.

Newsjacking

Ini merupakan salah satu istilah yang harusnya sudah sering didengar oleh para praktisi PR. Menurut David Meerman Scott dalam bukunya yang berjudul “Newsjacking”.  Newsjacking adalah sebuah proses menggabungkan pemikiran atau opinimu terhadap suatu berita atau peristiwa yang sedang viral. Sementara newsjacking dimulai sebagai teknik PR, itu telah berkembang menjadi pemasaran merek  dan praktik konten digital.

Dalam bukunya David, menekankan bahwa model PR lama mengirimkan siaran pers atau promosi tidak masuk akal di era komunikasi instan dan pembaruan berita yang konstan. Dengan berita yang viral dan menyebar begitu cepat, dia menjelaskan bahwa merilis  berita pada saat yang tepat, dengan strategi konten yang tepat, dapat menghasilkan liputan media gratis untuk sebuah bisnis.

Metaverse

Metaverse dapat didefinisikan sebagai lingkungan digital simulasi yang menggunakan augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan blockchain, bersama dengan konsep dari media sosial, untuk menciptakan ruang bagi interaksi pengguna yang kaya yang meniru dunia nyata. Istilah ini sendiri sudah hadir dari tahun 1992,  dan dikritik sebagai metode membangun hubungan masyarakat dengan menggunakan konsep spekulatif, “berlebihan” murni berdasarkan teknologi yang ada. Sementara dianut oleh beberapa perusahaan teknologi seperti Facebook, Microsoft dan lain-lain, kekhawatiran tentang dampak pada masyarakat modern ketika semua interaksi orang ke orang secara efektif otonom. Singkatnya, Metaverse adalah ruang virtual yang dapat diciptakan dan dijelajahi dengan pengguna lain tanpa bertemu di ruang yang sama. Metaverse sendiri masih menghadiran banyak pro dan kontra di masyarakat, karena pengaruhnya terhadap perkembangan sosial untuk kita.

Asychronous communications

Asychronous communications atau Komunikasi asinkron adalah semua jenis komunikasi di mana satu orang memberikan informasi, dan kemudian ada jeda waktu sebelum penerima menerima informasi dan menawarkan tanggapan mereka. Sederhananya, komunikasi asinkron adalah komunikasi yang tidak terjadi secara real-time (misalnya di telepon, tatap muka, atau selama rapat konferensi video langsung).

Misalnya, dalam contoh di atas, rekan kerja Anda sibuk dan tidak dapat memahami dengan baik informasi yang Anda berikan saat Anda berbicara dengan mereka. Sebagai gantinya, dia meminta Anda untuk beralih ke beberapa bentuk komunikasi asinkron – yaitu email atau chat  – sehingga dia dapat menerima, dan menanggapi informasi Anda pada waktunya sendiri.

(oleh Fitri Frisdianti, praktisi Public Relations; referensi dari berbagai sumber)