Menurut data riset dari CupoNation pada tahun 2019, Indonesia merupakan pengguna Instagram terbanyak ke empat di dunia, pengguna Instagram terbanyak berasal dari rentang usia 18 tahun hingga 24 tahun untuk pria dan wanita. Masyarakat Indonesia menggunakan Instagram untuk mencari informasi, inspirasi, membagi pengalaman saat bepergian, update sehari-hari dan mencari informasi mengenai tren terbaru. Tak heran jika banyak bisnis/brand yang mulai menggunakan Instagram sebagai alat promosi.

Instagram pertama kali dirilis pada tahun 2010, aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk mengunggah foto yang bisa diedit dengan berbagai filter. Seiring berkembangnya dunia digital, Instagram terus melakukan terobosan-terobosan dalam hal jejaringan sosial berbasis foto dan video. Saat ini, Instagram menjadi pilihan terbaik para brand untuk menciptakan dan mempromosikan konten-konten visual berkualitas.

Tentunya Instagram dapat digunakan sebagai Public Relations tool, hal ini dikarenakan menyampaikan ide atau pesan utama dengan menggunakan gambar. Gambar jauh lebih menarik dan efektif daripada hanya teks saja. Promosi visual memikat penonton lebih banyak. Gambar-gambar ini, terutama ketika digabungkan dengan branding perusahaan, menciptakan hubungan yang lebih emosional terhadap merek dan ada banyak potensi pelanggan saat ini di Instagram.

Aplikasi ini terus diperbarui dengan banyak fitur yang memungkinkan keterlibatan pengguna, termasuk tagging, sharing, dan meninggalkan komentar. Keindahan fitur ini adalah memungkinkan bisnis menjangkau audiens lebih luas dan membuat koneksi berharga yang semuanya mengarah pada satu hal yang ingin dicapai oleh pratiksi PR yaitu menciptakan peluang jaringan di area yang berkembang. Pada 2015, Instagram memperkenalkan iklan bersponsor dimana itu merupakan fitur berharga untuk penjangkauan baik dari perspektif pemasaran dan PR.

Tak hanya itu, di tahun 2018 Instagram meluncurkan aplikasi mobile video berdurasi hingga satu jam, yaitu IGTV yang didedikasikan bagi penggunanya. Fitur ini dapat digunakan dengan durasi video yang lebih panjang dan permanen untuk menyampaikan cerita yang lebih dalam. Dengan fitur ini, Anda dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan calon pelanggan serta menampilkan dimensi lain dari bisnis/ brand tanpa dibatasi oleh satu jenis konten, durasi, atau format.

Brand ternama seperti Gucci, Puma, Nike mereka memanfaatkan fitur-fitur yang ada di Instagram ini untuk memperkuat brand mereka. Disektor pariwisata pun seperti Singapore Tourism Board, memanfaatkan fitur IGTV ini untuk tetap berinteraksi dengan para audiensnya dimasa pandemi melalui video series “Try This at Home” yang dibuat untuk menunjukkan bahwa Stay at Home dapat sangat menyenangkan dengan melakukan hal-hal seperti memasak, menggambar dan membuat kerajinan.

Seperti yang dilakukan brand-brand di atas, tentunya dengan memanfaatkan kekuatan konten untuk mempromosikan produk dan menceritakan kisah Anda, Anda dapat mengubah Instagram menjadi bagian paling menguntungkan dari strategi PR. Instagram berpusat pada mendongeng, menceritakan kisah Anda secara visual. Optimalkan konten Anda dengan menulis nada menghibur, memberi informasi serta relevan dengan brand Anda yang mendorong engagement (keterlibatan audiens).

Do dan Don’t Ketika Menggunakan Instagram

Hal-hal ini yang perlu Anda perhatikan saat menggunakan Instagram untuk brand Anda:

  • Posting gambar dengan kualitas tinggi dan jelas agar mendapatkan perhatian lebih dari para audiens
  • Menentukan tujuan yang ingin brand Anda capai melalui Instagram
  • Ceritakan kisah brand Anda dengan visual yang selaras dan mampu merepresentasikan brand
  • Membangun hubungan dengan audiens, selalu merespon komentar dari followers Anda
  • Selain memberikan informasi, media sosial juga bisa menjadi sumber informasi dan menyediakan feedback dari audiens yang Anda butuhkan untuk berkembang
  • Gunakan hashtagagar konten mudah ditemukan oleh pengguna yang tidak ada di dalam jaringan Anda
  • Bekerjasama dengan influencers
  • Hindari langsung berjualan atau mempromosikan produk setelah melakukan pendekatan dengan audiens
  • Jangan memposting hal-hal yang tidak relevan dengan brand Anda
  • Jangan memposting terlalu sering (spamming)
  • Jangan menyebarkan pendapat mengenai SARA, atau menjelekan pihak lain

(oleh Irianty Nur Afiah, praktisi Public Relations – IndoneisaPR.id; referensi dari berbagai sumber)