Apa itu Doorstop Interview?
Doorstop interview adalah wawancara informal, biasanya dilakukan dengan seorang politisi, publik figur atau jurubicara organisasi. Wawancara dengan cara ‘mencegat’ atau ‘menghadang’ nara sumber (narsum) saat narsum meninggalkan atau masuk ruangan acara. Awak media langsung meminta waktu narsum dan melontarkan berbagai pertanyaan. Para reporter melangsungkan wawancara ini dengan berdiri dekat pintu masuk/keluar. Memang tampaknya doorstop interview ini kegiatan yang spontan, namun sebenarnya bisa saja terencana.
Kapan Doorstop Interview Berlangsung?
Sebenarnya saat acara Konferensi Pers berlangsung, ada wartawan-wartawan yang sudah mengincar narsum untuk ditanya lebih lanjut dengan pertanyaan pertanyaan yang eksklusif. Mereka akan mencari kesempatan untuk melakukan doorstop interview dan waktu yang tepat adalah pas acara resmi selesai. Wartawan akan senang sekali ketika mengetahui kalau narsum memang bersedia untuk diwawancarai.
Anda akan bertanya, bukankan kita sudah memberi kesempatan buat wartawan bertanya saat sesi Questions & Answers (Q &A) atau Tanya Jawab selama Konferensi Pers berlangsung? Tentunya kami sudah sediakan sesi Q & A tersebut. Namun banyak wartawan lebih memilih untuk melakukan doorstop interview, yang lebih informal. Mereka mengejar narsum dan berburu informasi melalui one-on-one atau tatap muka langsung. Dengan melakukan face-to-face interview ini, dengan leluasa mereka bisa sepuasnya mengajukan pertanyaan yang lebih sensitif atau lebih ekslusif, dan jawaban yang mereka dapatkan tidak untuk dibagi-bagi dengan rekan media yang lain.
Apakah ini hal yang baik atau hal yang buruk bagi penyelenggara? Ini sangat tergantung bagaimana Anda menilainya. Jika Anda melihat ini sebagai peluang baik, Anda akan mendapatkan manfaat dari doorstop interview ini. Anda dapat menyampaikan ulang key messages atau pesan-pesan inti perusahaan yang memang perlu Anda sampaikan – Anda dapat memperjelas berbagai poin yang dibicarakan selama sesi Konferensi Pers, atau menjelaskan lebih dalam poin poin penting.
Jika Anda menilai bahwa doorstop interview bukan merupakan ide yang baik, sebaiknya dihindari saja, terutama apabila Anda atau juru bicara Anda kurang percaya diri dan tidak siap untuk berhadapan dengan serbuan pertanyaan-pertanyaan wartawan.
Mengapa Wartawan Menyukai Doorstop interview?
Hal ini sudah menjadi norma, terutama media massa yang mempunyai nama besar (media mainstream), mereka memiliki pertanyaan tambahan yang ingin mereka tanyakan langsung secara pribadi kepada para juru bicara. Pertanyaan yang mereka sampaikan maupun jawaban yang akan ia dapatkan merupakan angle (sisi pandang) yang diperlukan oleh media terkait. Para wartawan harus melengkapi berita mereka dengan informasi tambahan ini, dapat berupa kutipan dari para juru bicara, yang akan menambah kredibilitas dan kualitas berita.
Hal ini bisa juga karena wartawan malu untuk bertanya secara terbuka di audiens yang besar. Kebanyakan wartawan mempunyai ciri-ciri sifat introvert, kesan yang kurang ekspresif, namun beda sekali dengan apa yang mereka tullis, tulisan yang justru ekspresif.
Sebaiknya Anda ditemani oleh seorang PR (Humas) saat menerima tawaran doorstop interview ini. Apabila jurubicara tidak memiliki informasi secara detail untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan, tim dari PR dapat membantu dengan memberi jawaban yang akurat dan juga seletah wawancara selesai.
Sebagai PR profesional, salah satu tanggung jawab Anda adalah memastikan bahwa reporter tidak salah mengutip jawaban dari juru bicara. Anda dapat mengingatkan kembali kepada wartawan bahwa informasi yang lengkap dan akurat sebagian besar sudah termasuk dalam kit informasi yang diberikan kepada wartawan saat registrasi sebelum Konferensi Pers dimulai.
Mengapa Eksekutif Tidak Menyukai Doorstop interview?
Hal ini karena mereka tidak melihat doorstop interview sebagai peluang yang bagus untuk berbagi informasi-informasi, menekankan key messages dari perusahaan.
Alasan lain adalah bahwa mereka sifat kepemimpinan yang kurang, kurang percaya diri untuk berhadapan langsung dan lebih dekat dengan kalangan media, dan mungkin tidak memiliki keberanian untuk berbicara sendiri tanpa didampingi rekan eksekutif lainnya.
Mungkin juga karena mereka takut bakal salah dikutip, kesalahan yang dapat berakibat fatal buat dirinya dan perusahaan yang diwakilinya apabila informasi yang dipublikasikan tidak akurat.
Dan terakhir, bisa jadi mereka tidak ingin berbicara dengan media kecuali media yang terpilih, mereka hanya ingin berjumpa dengan media tertentu dan lebih merasa nyaman untuk diwawancara oleh media tertentu.
Ini adalah sebuah ujian bagi juru bicara, apakah mereka hanya ingin berbagi informasi dengan media tertentu saja, dan tidak ingin bertemu dengan media yang dianggap biasa ‘membuat masalah’ atau mencari sensasi. Hal ini memang bukan keputusan yang mudah, namun Anda dapat membantu untuk memutuskan supaya juru bicara Anda adil, profesional, dapat memutuskan apakah perlu atau tidak melakukan doorstop interview.
Apa Risiko dari Doorstop interview?
Karena wartawan ingin mengajukan pertanyaan yang kadang-kadang berada di luar konteks, juru bicara bisa merasa terpojok, dan mungkin salah ucap saat diwawancara. Ini akan merepotkan juru bicara dan organisasi yang mereka wakili ketika informasi yang tidak diinginkan diterbitkan di media.
Ketika berbagi informasi, khususnya tentang angka atau statistik selama doorstop interview, dijamin kemungkinan terjadi kesalahan cukup besar. Di lingkungan yang bising (suasananya sering bising saat melakukan doorstop interview), wartawan tidak dapat mendengar dengan baik, dimana angka atau informasi statistik merupakan hal yang sensitif.
Berikut Do’s dan Don’ts bagi Juru Bicara
Do’s
- Jadilah seorang profesional yang percaya diri, memahami wartawan, bagaimanapun mereka juga melakukan pekerjaan secara profesional.
- Sisihkan waktu 5-10 menit untuk memberikan informasi yang mereka butuhkan, ini akan terlihat baik terhadap citra Anda.
- Pastikan Anda melakukan persiapan terlebih dahulu dan telah mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang sudah dilengkapi dengan jawaban-jawaban; siapkan juga key messages yang ingin disampaikan.
- Tidak ada salahnya meminta mereka untuk memperkenalkan diri mereka, dan media yang diwakili, serta mendapatkan kartu nama mereka.
- Jangan kehilangan kesabaran Anda ketika terpojok atau merasa terintimidasi – tetap jaga ketenangan karena Anda sedang melakukan pekerjaan dan sedang mewakili organisasi Anda, ini bukan masalah pribadi Anda.
Don’ts:
- Tampil tidak ramah, dan mengirimkan pesan dengan bahasa tubuh yang negatif – misalnya menunjukkan bagaimana tidak sabarnya Anda terhadap wartawan, dengan melihat jam tangan Anda setiap beberapa detik.
- Berbagi pendapat pribadi Anda atau memberi asumsi yang bukan dalam lingkup keahlian Anda atau organisasi Anda – hindari membicarakan pesaing Anda, pesaing Anda sudah memiliki juru bicara mereka sendiri.
- Mencoba untuk mengingat dengan menebak informasi tertentu, terutama angka atau jumlah, karena Anda bisa saja salah – kecuali memang Anda ingat sekali – media mengutamakan fakta yang akurat.
- Mengatakan ‘off the record‘ atau ‘no comment‘ mengenai isu tertentu, kedua istilah ini berkonotasi negatif.
- Kehilangan kesabaran Anda ketika terpojok dan merasa terintimidasi. Ingat, Anda sedang melakukan pekerjaan secara profesional dan Anda mewakili organisasi Anda, hal ini bukanlah masalah pribadi
Sebagai seorang pemimpin perusahaan, doorstop interview merupakan peluang bagus; dengan kesiapan dan rasa percaya diri, seharusnya jangan disia-siakan peluang yang bagus ini. Saat doorstop interview juru bicara dapat menyampaikan key messages dan memupuk hubungan yang lebih terbuka dengan media yang dihadapi. Kita bisa lihat dari contoh-contoh yang ada, para juru bicara yang handal, luwes dan fasih saat berhadapan dengan media, mereka tampak profesional dalam menyampaikan pesan pesan penting. Jika mereka bisa, Anda pasti juga bisa!