Berkembangnya zaman membawa kita sekarang berada di era cyber, dimana segala macam aktivitas sudah sangat dipermudah dengan dukungan teknologi internet yang sudah semakin canggih. Setiap orang dapat dengan mudah mengakses internet bukan hanya melalui PC namun kini hampir setiap ponsel pintar sudah memiliki jaringan internet yang dapat mempermudah setiap orang dalam mengerjakan segala hal. Mencari informasi dan berita serta beraktivitas di media sosial sudah seperti makanan sehari-hari. Sayangnya tidak semua informasi yang didapat di internet benar keberadaannya.

Dengan banyaknya informasi yang didapatkan mengajarkan kita agar lebih cerdas dalam mengolah kebenaran sebuah informasi, jangan sampai kita mempercayai seutuhnya. Karena saat ini setiap orang dapat dengan mudah berbagi informasi dengan tidak kenal batas dan waktu sehingga banyak informasi yang tersebar diragukan kebenarannya/palsu (hoax) yang menimbulkan kontroversi, dapat memicu konflik yang bersifat fitnah dan provokatif.

Seperti kalangan selebriti Indonesia beberapa kali ditimpa oleh kabar hoax. Kabar yang tersebar bahwa artis tersebut meninggal dunia, rumor palsu tersebut dialami oleh Fatin Shidqia, Cut Tari dan masih banyak lagi, dengan rumor yang mengganggu reputasinya, artis tersebut langsung menanganinya bahwa berita yang tersebar merupakan berita hoax, dan menjelaskan keberadaan dirinya pada saat itu masih dalam keadaan benar-benar sehat.

Seperti yang kita ketahui, hoax merupakan pemberitaan palsu yang merupakan satu bentuk usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, pembuat berita tersebut tahu bahwa berita yang ia sebar adalah palsu.

Bagi beberapa orang yang awam, berita yang tersebar ditelan bulat-bulat tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu, ironisnya berita hoax tersebut tersebar luas kepada sesama teman di jejaring sosial sampai diangkat menjadi topik hangat di media masa. Sangat dikhawatirkan apabila berita hoax tersebut menimpa organisasi atau perusahaan yang kita wakili yang menimbulkan fitnah sehingga mengganggu reputasi perusahaan tersebut.

Ketika kabar hoax tersebar

Ketika perusahaan berhadapan dengan berita palsu (hoax) sehingga menimbulkan rumor yang merugikan nama baik produknya, manajemen atau nilai sahamnya, berikut berbagai pilihan dalam menanganinya:

  • Tetap diam dan tidak melakukan apapun
  • Menghubungi dan berusaha untuk melibatkan, sebagai contoh: badan pengawas Komisi Bursa Efek, regulator lain atau pihak penegak hukum
  • Jawab langsung melalui internet (website/media sosial resmi milik perusahaan), rilis atau press conferences, mungkin memberikan sanggahan tertentu atau merujuk sesuai apa yang diajukan publik
  • Menuntut orang yang menyebarkan rumor palsu tersebut

Pilihlah salah satu dari opsi di atas, beberapa pilihan gabungan opsi di atas apabila dijalankan akan terasa sulit bagi kebanyakaan perusahan. Dan dipilih serta disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. Contohnya satu perusahaan dihadapkan dengan berita hoax yang tersebar di media sosial. Pihak perusahaan memilih untuk tidak menanggapi rumor tersebut karena rumor itu diumumkan oleh orang yang telah diklaim penipu oleh perusahaan. Sehingga kabar yang ia sebarkan diabaikan perusahaan karena pesan tersebut berasal dari orang yang tidak kredibel.

Contoh lainnya mengenai kabar hoax yang menimpa perusahaan.

Tergugat Kampanye “Daging Musiman” Taco Bell

Krisis : Yum! Brands, induk usaha Taco Bell induk perusahaan digugat karena daging yang dipakainya. Gugatan itu dikarenakan Taco Bell menggunakan “daging musiman” yang hanya berisi 35% daging sapi, selain kebohongan pada iklan mereka.

Bagaimana Taco Bell menjawab: Taco Bell dengan eksplisit mengakui klaim palsu itu, dan menjelaskan bahwa bahan baku sesungguhnya adalah 88% daging sapi, dan 12% resep. Mereka pun menceritakan apa saja bahan-bahan rahasia yang terdapat pada resep mereka. Perusahaan dengan cepat merilis sebuah kampanye multi-platform dalam dunia PR bertajuk “tidak – begitu- rahasia” pada resepnya. Selain iklan di surat kabar tradisional, mereka juga menggunakan dunia online, seperti YouTube, Facebook , dan banyak lagi.

Hasilnya: Konsumen menyambut baik kampanye Taco Bell itu. Platform media sosial mereka pun semakin bersinar dan sebagian besar komentator mendukung sikap perusahaan itu. Kurang dari empat bulan kemudian, gugatan berhasil dilumpuhkan, dan Taco Bell telah benar-benar terhindari dari bencana dalam dunia PR.

Bagaimanapun perusahaan harus memilih untuk menanggapi berita hoax. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk menanggapi segala jenis bentuk komunikasi, berhati-hatilah sebagaimana ketika Anda mengeluarkan siaran pers. Dalam mengkomunikasikan berita perusahaan harus diperiksa dengan penasihat dan harus hati-hati akurat dan lengkap.

(informasi didapat merupakan kompilasi dari berbagai sumber)