Saat ini siapa yang tidak kenal dengan istilah influencer. Influencer sendiri adalah orang atau individu yang memiliki ‘kekuatan’ untuk memberikan pengaruh terhadap orang atau kelompok lain untuk melakukan sesuatu. Orang-orang yang disebut dengan influencer ini cukup beragam dari tokoh masyarakat, tokoh politik, artis, ataupun blogger. Biasanya influencer ini memiliki ‘follower’ dengan jumlah yang cukup besar atau bisa juga ia merupakan tokoh yang berpengaruh dalam sebuah komunitas atau sektor tertentu.
Dalam dunia public relations (PR) dan marketing melakukan kampanye merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan. Inilah sebabnya PR dan marketing membutuhkan influencer untuk meng-engage target audiens dan memang benar-benar memiliki passion ataupun benar-benar menyukai produk yang kita atau klien kita tawarkan. Tujuannya dari itu adalah bukan saja mecapai target audiens yang tepat tapi testimoni dan juga konten yang mereka hasilkan benar-benar genuine. Sehingga diharapkan tingkat kepercayaan publik terhadap kita ikut meningkat.
Selain itu, Menggunakan orang-orang yang sudah mengetahui dan menyukai brand kita untuk menceritakan cerita kita adalah cara yang bagus dan otentik untuk meningkatkan exposure, karena memungkinkan pelanggan potensial untuk ‘menemukan’ brand secara organik, melalui pintu gerbang yang mungkin sulit dimasuki oleh PR.
Lalu bagaimana cara memulai sebelum bekerjasama dengan influencer untuk kampanye PR kita? Berikut beberapa poin yang harus diperhatikan.
- Buat daftar influencer ideal, sama seperti menyusun daftar media yang ideal. Pertimbangkan faktor-faktor seperti kehadiran mereka di sektor sektor kita, followers mereka, dan kesesuaian mereka dengan brand kita.
- Pertimbangkan budget yang kita miliki. Perlu diingat banyak influencer yang suka dengan brand kita dan dengan senang hati mendapatkan ‘bayaran’ tapi ada juga yang meminta bayaran untuk kerjasama ini. Selain itu kita juga harus mempertimbangkan produk yang kita berikan. Sebenarnya membayar influencer sebenarnya bertentangan dengan review ataupun konten yang dihasilkan karena bisa terkesan bias.
Setelah mempertimbangkan kedua hal tersebut, maka saatnya kita untuk membuat startegi PR dalam bekerjasama dengan influencer.
- Mulailah dari sebuah ide
Untuk bekerjasama dengan influencer maka secara tidak langsung kita juga bekerjasama dengan para followers mereka.Kita perlu memikirkan alasan yang berdasarkan dari ide kreatif yang nantinya bisa sejalan dengan apa velue dan juga kepercayaan mereka. Pastikan untuk menempatkan diri kita diposisi mereka, kira- kira apa pesan apa yang ingin kita sampaikan.
- Set KPI (Key Performance Indicators)
Pada saat kita bekerjasama dengan influencer, kita juga perlu mempertimbangkan tujuan kita yang bersifat achievable. Seperti engagement rate, pertumbuham followers, traffic dari website kita, ataupun jumlah penjualan.
- Carilah Influencer yang sempurna untuk kita
Kembali pada poin sebelum bekerjasama dengan influencer, pastikan untuk mencari influencer yang benar- benar sesuai dengan brand kita. Jika tidak tentu target yang kita inginkan tidak akan tercapai. Selain itu ini akan menjadi effort yang sia- sia.
- Bersiaplah dengan creative brief
Kita tahu bahwa influencer biasanya adalah orang yang berjiwa muda dan kreatif. Maka dari itu kita juga harus siap dengan kebebasan mereka dalam membuat konten untuk kampanye PR kita. Namum sebagai PR kita bertugas untuk tetap membatasi nya sehingga apa yang dihasilkan tetap berada di pada jalur dan sesuai dengan brand dan juga pesan yang ingin kita sampaikan. Tidak ada salahnya juga untuk kita mempersiapkan beberapa teks dan visual untuk nantinya membantu mereka menghasilkan konten yang lebih maksimal.
- Pantau keadaan
Pastikan untuk tetap memantau keadaan dan terus berkomunikasi dengan influencer tersebut. Ini merupakan tugas kita untuk bersiap siaga pada saat kampanye berlangsung. Selain itu kita juga harus siap dengan pertanyaan serta reaksi yang mungkin muncul pada saat kampanye.
- Analisis
Pada saat kampanye telah selesai dilaksanakan, tugas PR adalah menganalisis mana-mana saja yang mendapat hasil yang baik dan mana saja yang kurang berhasil. Ini bisa menjadi data juga pelajaran kedepannya sehingga kita bisa memperbaiki dan berkembang ke arah yang lebih baik.
(oleh Fitri Frisdianti, praktisi Public Relations; referensi dari berbagai sumber)