Dunia Public Relations (PR) kini tidak bisa terlepas dari influencer marketing, ini adalah strategi PR yang inovatif  seperti yang sudah pernah dibahas di artikel sebelumnya.

Banyak brand besar yang menggunakan influencer dengan jumlah follower yang banyak untuk mempromosikan brand-nya kepada audiens yang sangat spesifik yang mungkin tidak dapat dijangkau dengan cara lain selain melalui media sosial. Tetapi bagaimana jika sebuah bisnis kecil, misalnya restoran lokal yang masih merintis, ingin menggunakan influencer marketing? Hanya karena bisnis Anda kecil atau khusus untuk area lokal, bukan berarti Anda tidak dapat mengambil manfaat dari menggunakan influencer sebagai taktik PR dan marketing.

Micro-influencer adalah influencer dengan skala yang lebih kecil. Biasanya mereka memiliki antara 1.000 hingga 10.000 follower, membagikan postingan kerjasama dengan sebuah brand, dan menandai brand yang ada di foto (meskipun itu bukan postingan kemitraan). Memberi tag brand pada foto adalah tanda bahwa mereka mungkin mau mempromosikan brand tersebut di halaman Instagram mereka. Terlebih lagi, sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Experticity menunjukkan bahwa micro-influencer memiliki 22,2 kali lebih banyak percakapan dari pada pengguna biasa.

Bagaimana Anda dapat menemukan micro-influencer di daerah Anda?

  • Gunakan hashtag atau tagar. Anda dapat menggunakan tagar untuk menemukan influencer yang sudah tertarik dengan produk Anda. Cari tagar yang relevan dengan perusahaan, produk atau target audiens Anda di Instagram atau Twitter untuk menemukan posting teratas untuk tagar khusus itu.
  • Lakukan research di sosial media. Cari di daftar follower Anda untuk melihat apakah ada di antara mereka yang memiliki follower yang banyak. Memilih influencer yang sudah menjadi penggemar produk atau jasa layanan Anda akan membuat Anda lebih mudah mengajak mereka untuk mempromosikan merek Anda.
  • Lihat di Google. Anda dapat menggunakan Google untuk mencari blogger di kota Anda. Sebisa mungkin kata kunci yang digunakan benar-benar spesifik. Misalnya, jika Anda memiliki kedai minuman sehat, bisa coba “blogger kesehatan di Jakarta”.

Saat Anda membuat keputusan tentang micro-influencer mana yang akan digunakan, perhatikan faktor-faktor berikut ini.

  • Apakah mereka mem-posting secara teratur? Konsistensi adalah kunci untuk menjaga akun sosial media tetap menarik. Seberapa sering Anda harus mem-posting di setiap platform? Menurut informasi yang diterbitkan oleh CoSchedule; rekomendasi untuk beberapa platform adalah satu post per hari di Facebook, satu atau dua post sehari di Instagram, dan sekitar 15 tweet sehari di Twitter.
  • Apakah penggemar atau follower mereka berinteraksi dengan foto mereka? Cek foto mereka dan lihat apakah pengguna asli menyukai dan mengomentari foto tersebut. Apakah pengguna bertanya tentang produk di foto? Apakah micro-influencer merespons mereka? Penting bagi micro-influencer untuk terlibat dengan audiens mereka.
  • Apakah influencer tersebut cocok dengan brand Anda? Kembali ke contoh kedai minuman sehat tadi, menggunakan blogger kesehatan sebagai micro-influencer Anda adalah cara yang tepat namun tidak tepat jika Anda menggunakan blogger yang membahas hal-hal seni.
  • Bagaimana Anda akan mengkompensasi mereka? Biasanya bisa bayar per post atau memberikan produk gratis (full barter). Anda bisa membicarakan soal ini di awal sebelum melakukan kesepakatan kerjasama.

Yang perlu diingat adalah jika influencer belum pernah mendengar brand Anda sebelumnya, Anda mungkin harus meyakinkan mereka, karena mereka bisa saja menolak proposal Anda. Kredibilitas influencer sangat bergantung pada apa yang mereka posting, karena media sosial mereka adalah pekerjaan mereka, jadi sangat penting meyakinkan influencer tersebut untuk mengambil kesempatan mempromosikan brand Anda.

(Oleh Siti Aisyah, praktisi Public Relations; referensi dari berbagai sumber)