Computer-Generated Imagery (CGI) adalah penggunaan grafik komputer (atau lebih tepatnya, grafik komputer 3D) dalam efek visual khusus. CGI digunakan dalam film, acara televisi, iklan  dan juga media cetak. Saat ini kemajuan CGI semakin baik dan menjadi lebih mudah diakses oleh orang-orang yang ingin mencoba seni 3D. Berkat kemajuan teknologi ini, sekitar pertengahan 2018, semakin banyak brand yang menciptakan virtual influencer sebagai avatar untuk mengendalikan narasi / kampanye mereka.

Virtual influencer memiliki rutinitas bekerja secara daring menggunakan social media untuk menuangkan kreativitas dan inovasinya sehingga mereka memiliki followers atau audiens dengan kuantitas tinggi dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap followersnya, sama layaknya dengan apa yang dilakukan influencer individu pada umumnya. Satu-satunya perbedaan virtual influencer adalah bahwa mereka bukan manusia, melainkan gambar yang dihasilkan komputer dari robot yang tampak seperti manusia.

Lil Miquela, merupakan virtual influencer yang cukup popular dengan dua juta pengikut di instagram, ia pun menarik perhatian brand untuk menjadikannya bintang campaign. Ia telah melakukan photoshoot untuk Chanel, Moschino, Burberry, Versace, dan Fendi. Saat ini ada lebih banyak virtual influencer bermunculan di seluruh Instagram seperti Shudu, Bermuda dan Blawko. Popularitas virtual influencer ini telah membuktikan bahwa industri media terus berubah di luar imajinasi kita. Lantas bagaimana pengaruh kepribadian yang dihasilkan komputer ini terhadap profesi PR?

Tentunya sebagai praktisi Public Relations (PR) harus mampu menerima perubahan dan bersemangat tentang masa depan teknologi dan virtual reality (VR). Tren ini membuat PR kini dihadapkan pada sprektrum saluran komunikasi baru yang tentunya sangat menakjubkan. Meningkatnya peran influencer memperjelas bahwa semakin pentingnya word of mouth, storytelling atau menjadi viral / trending dalam mengenalkan brand maupun penjualan sebuah produk. Sebagian pratiksi PR meyakini bahwa oleh karena kekuatan influencer yang dilengkapi dengan pengetahuan tentang kategori produk di atas rata-rata, penghargaan sosial, dan jaringan sosial online yang luas, maka komunikasi persuasi yang dilakukan influencer mampu menciptakan permintaan, membentuk persepsi merek, citra positif dan mengendalikan keputusan pembelian.

Tidak hanya itu kepribadian mereka juga dapat menguntungkan profesi PR. Tim PR dapat menggunakan popularitas mereka untuk membangun kesadaran, minat, mendorong orang untuk menyumbang untuk organisasi nirlaba dan juga bertindak sebagai influencer untuk mendorong perubahan atau bahkan berfungsi sebagai juru bicara online. Ada banyak kegunaan positif yang dapat dilakukan seperti halnya yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang baru-baru ini telah merekrut Knox Frost sebagai virtual influencer, dengan lebih satu juta follower di instagramnya Frost telah bekerja sama dengan WHO untuk menyebarkan kesadaran tentang wabah COVID-19 kepada kaum muda.

Selain itu, virtual influencer (selama masalah hukum dan etika berada) mungkin menjadi pilihan yang lebih baik dan lebih aman karena merek atau perusahaan akan mengendalikan diskusi global seputar produk mereka dan dapat membuat narasi sendiri (menentukan setiap aspek dari iklan mereka termasuk keterangan, pose, dan pengaturan), virtual influencer juga dapat membantu perusahaan dan merek menghindari perilaku dan skandal yang tidak menentu yang dapat memberi pengaruh citra negatif pada produk mereka. Selain itu, perusahaan dan merek dapat menghemat anggaran dan inventaris karena modelnya digital.

Dan terakhir, virtual influencer memungkinkan dan menantang lembaga untuk lebih kreatif. Hal ini merupakan kombinasi kreativitas manusia dan pembelajaran kemajuan teknologi yang akan menghasilkan hasil yang positif, membuat pekerjaan PR profesional lebih mudah dan lebih efisien.

Bagaimana menurut Anda mengenai tren ini, apakah Anda tertarik untuk menggunakan virtual influencer untuk brand / kampanye Anda?

(oleh Irianty Nur Afiah, praktisi Public Relations – IndoneisaPR.id; referensi dari berbagai sumber)