Deepfake merupakan suatu jenis media berupa video yang telah dimanipulasi dengan menggabungkan gambar dan suara dari orang tertentu dengan menggunakan bantuan teknologi rekayasa digital. Istilah deepfake sendiri merupakan gabungan dari kata deep learning dan fake. Sesuai dengan namanya, deepfake merupakan sebuah bentuk Artificial Intelligence (AI) yang digunakan untuk memalsukan rekaman video menggunakan metode deep learning dalam proses pengaplikasiannya.

Mulai booming di tahun 2017, konsep dasar dari teknologi deepfake sendiri kurang lebih serupa dengan kemampuan edit gambar yang dimiliki oleh banyak software digital, bedanya deepfake digunakan untuk memanipulasi video dengan memuat metode swap wajah. Tak hanya itu,  teknologi deepfake juga bisa digunakan untuk memalsukan audio, re-enactment wajah (memetakan target wajah), dan deepfake lips -synching (video buatan seseorang yang berbicara dari audio dan rekaman wajah mereka).

Dalam pembuatannya, deepfake menggunakan algoritme didasarkan pada data nyata, bahkan sistem pembelajaran mesin kesulitan membedakan antara yang asli dan yang palsu. Namun, untuk beberapa contoh yang kurang canggih, sistem dapat mengenali tanda-tanda seperti kedipan yang tidak wajar, posisi kepala, dan irama ucapan. Namun,  teknologi deepfake semakin canggih, dan developer deepfake memiliki akses ke metode identifikasi yang sama seperti yang melawan mereka. Saat ini, Facebook, Microsoft dan sekelompok akademisi sedang membangun database untuk melawan deepfake.

Meskipun tujuan awal penggunaan deepfake yaitu untuk hiburan di TV maupun media sosial. Saat ini teknologi tersebut banyak digunakan sebagai alat untuk menyesatkan orang dan menyebarkan informasi palsu. Moralitas dari teknologi ini masih belum ditentukan letaknya, saat ini masyarakat luas mulai mengenal bahaya dari teknologi ini, seperti contohnya video Barack Obama. Dalam video tersebut, Obama terlihat nyata memberikan pidato. Gerak bibir, intonasi dan suara terdengar asli. Kenyataannya, Obama tidak pernah mengucapkan kalimat tersebut.

Meskipun mungkin saja pada awalnya video ini bertujuan untuk hiburan semata, namun ini sangat berbahaya, dalam Public Relations (PR) hal ini dapat merusak reputasi/citra seseorang dan sangat merugikan. Untuk itu perlu persiapan untuk melindungi bisnis dan perusahaan dari deepfake, langkah terpenting adalah memasukkan skenario deepfake sebagai bagian dari rencana komunikasi krisis. Untuk itu beberapa hal yang dapat  digunakan  sebagai tindakan pencegahan, yaitu:

  • Buat proses untuk memverifikasi deepfake yang digunakan terhadap Anda
  • Tentukan cara berkomunikasi dengan platform media sosial sehingga deepfake dapat dihapus
  • Rencanakan untuk berkomunikasi dengan karyawan Anda, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk meminimalkan kerusakan reputasi
  • Sebarkan kesadaran dan pendidikan tentang deepfake di antara rekan kerja dan perusahaan yang Anda wakili dan adopsi pelatihan dan protokol keamanan
  • Minimalkan sistem yang digunakan untuk komunikasi; gunakan secara konsisten sehingga pencilan dapat dengan mudah ditemukan
  • Gunakan perangkat lunak pendengar untuk memantau kehadiran online merek Anda, memungkinkan Anda mengetahui tentang potensi deepfake secara real-time
  • Teknologi deepfake melampaui teknologi deteksi. Meski begitu, teknologi deteksi lebih unggul daripada mengandalkan deteksi manusia. Memiliki laporan AI mendukung kemampuan untuk mempertahankan klaim deepfake Anda

Kemajuan teknologi saat ini sangatlah pesat untuk itu pengguna harus jeli dalam memanfaatkannya agar tentunya dapat memberikan manfaat, jangan sampai teknologi yang mempunyai manfaat dan potensi digunakan untuk merugikan orang lain, seperti deepfake. Bijaklah dalam menilai informasi dan konten-konten yang ada di internet, termasuk sosial media.

(oleh Irianty Nur Afiah, praktisi Public Relations – IndoneisaPR.id; referensi dari berbagai sumber)