Bagaimana sebuah brand mengetahui apakah kampanye Public Relations (PR) akan berhasil? Jawaban singkatnya adalah, tidak ada yang bisa benar-benar yakin akan sukses. Namun, kami dapat percaya pada kemungkinan-kemungkinan berdasarkan hasil positif yang konsisten dari kampanye sebelumnya dan kecenderungan manusia untuk mengikuti pola tertentu dan menanggapi pesan tertentu yang disampaikan dengan cara tertentu.

Jadi, pertanyaanya bisa diubah menjadi: “Bagaimana sebuah brand bisa yakin bahwa mereka telah menyiapkan kampanye PR berikutnya untuk sukses? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat ditemukan dengan mengukur rencana kampanye, pelaksanaan, dan hasil berdasarkan beberapa faktor tertentu.

TUJUAN JELAS

Pendapatan atau pelanggan yang meningkat mungkin terdengar seperti hasil yang bagus, tetapi ini tidak dapat diterima sebagai metrik untuk kesuksesan kampanye PR. Tetapkan tujuan yang jelas yang akan mengukur posisi brand di akhir kampanye terhadap posisi brand sebelum kampanye diluncurkan.

Meningkatkan jumlah audiens adalah tujuan yang bagus, tetapi siapa yang termasuk dalam audiens tersebut dan berapa banyak dari mereka yang telah dijangkau. Metrik ini memberi kampanye yang dilakukan sesuatu yang konkret untuk dicapai.

Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan penjualan, metrik dapat berupa “seberapa banyak” atau “dari produk apa”, dan jika tujuannya adalah sesuatu yang kurang konkret, seperti reputasi, ini dapat diukur dengan berapa banyak penggemar yang dimiliki suatu brand, atau pengikut di media sosial, dan seberapa responsif para penggemar ini terhadap pesan baru yang disampaikan? Apakah mereka share pesan tersebut? Kapan, seberapa banyak, dan seberapa sering?

AUDIENS

Memahami segala sesuatu yang dapat diketahui tentang audiens yang bersangkutan sebelum peluncuran kampanye sangat meningkatkan kemungkinan untuk kampanye yang berhasil. Mengetahui apa yang diinginkan audiens, bagaimana mereka berpikir, dan pesan seperti apa yang paling mereka perhatikan harus membentuk setiap aspek kampanye tersebut.

MEDIUM

Bagaimana audiens yang ditargetkan mendapatkan informasi, dan platform apa yang paling mungkin menyampaikannya dengan cara yang benar pada waktu yang tepat? Media tradisional? Media sosial? Platform digital? Podcast, iklan cetak, atau influencer berbayar? Kombinasi dari salah satu atau semua ini? Jawaban atas pertanyaan ini berkaitan erat dengan audiens, sama halnya dengan pesannya.

MEMILIKI KETERIKATAN

Ada begitu banyak informasi di dunia sehingga membuat brand lebih sulit untuk menerobos dan membuat pesan diperhatikan oleh audiens. Salah satu solusi terbaik untuk ini adalah memiliki keterikatan atau hook yang akan menarik audiens saat mereka menjalani aktivitas harian mereka yang selalu dibanjiri dengan informasi. Pertanyaannya di sini bukanlah “apa yang menarik bagi brand” atau “brand yang paling dibanggakan”. Ini adalah kesalahan umum yang dapat menggagalkan kampanye bahkan sebelum diluncurkan. Sebaliknya, tanyakan, “Apa yang penting bagi audiens? Apa yang ingin mereka lihat atau dengar? Apa yang akan menarik perhatian mereka? ”

PESAN

Bukannya orang-orang tidak mengetahui pesan yang sebuah brand coba sampaikan, tetapi mungkin brand tidak menginvestasikan cukup waktu untuk mengkomunikasikannya dengan cara terbaik. Pilihan kata itu penting, dan orang-orang jauh lebih bersedia menanggapi sebuah cerita daripada pernyataan. Misalnya, lihat dua judul berita berikut:

  1. Yunita Memperkenalkan Minuman Boba Baru
  2. Pelajar Indonesia Memberikan Jawaban untuk Masalah Kesehatan Akibat Minuman Boba

Pikirkan tentang bagaimana judul berita ini menarik perhatian seseorang. Kecuali jika orang tersebut sangat peduli dengan minuman boba yang baru, kemungkinan besar mereka akan mengabaikan judul pertama. Mereka tidak mengenal Yunita, dan mereka belum punya alasan untuk peduli dengan minuman boba yang baru. Namun, mereka akan tertarik dengan cerita perjuangan mengatasi sebuah masalah akibat minuman boba yang akhir-akhir ini sedang trend – ada sebuah cerita di sana dan tanpa cerita yang menarik, kampanye bisa saja gagal sejak awal.

(Oleh Siti Aisyah, praktisi Public Relations; referensi dari berbagai sumber)